June 25, 2011

Sang Pelihat Dunia

100.000 tahun cahaya lebarnya, dan 1000 tahun cahaya tebalnya. Demikianlah ukuran Bima Sakti galaksi tempat tata surya kita bernaung.

46 miliar tahun cahaya. Demikianlah radius jagad raya yang terobservasi dari bumi ini, dan itu pun belum diketahui batasnya.

1 detik, adalah waktu yg dibutuhkan cahaya untuk melintasi jarak dari bulan ke bumi. Demikianlah kecilnya kita, bumi, kehidupan, manusia, dibandingkan kemegahan alam semesta.

"Tuhan Maha Besar"

Begitulah kata para monotheis dan pantheis dengan kata-kata yang sama, namun pengkhayatan yang sama sekali berbeda. Kita - bumi, kehidupan, dan manusia - sungguh kecil, tak berarti dihadapan Yang Maha Besar.

Namun, cobalah bayangkan apa yang terjadi di alam semesta yang luas tak terukur itu.

SUNYI

Megah, tak terbatas, namun SUNYI.

Matahari bersinar terang, namun tak ada mata anak kecil yang melihat terbitnya dan berkata "Indah" atau merasakan cahaya paginya dan berkata "Hangat".

Gemuruh dan kilatan halilintar menyambar, namun tak ada yg melihatnya dan berkata "dahsyat" atau mendengarnya dan berkata "menggelegar".

Bintang-bintang bersinar, planet-planet berputar mengelilinginya, Namun tak ada ilmuwan yang melihatnya dan berkata "megah", atau melihat jajaran bintang dan memanggilnya "Ursa Mayor".

Hukum alam berjalan begitu saja dalam monotoninya, tak mengenal waktu, tak mengenal momen, tak mengenal masa lalu, masa kini, dan masa depan, karena tak ada yang mempersepsinya.

Adalah yang terbatas yang mempersepsi dunia dan eksistensinya dalam rentangan waktu - struktur apriori kata Kant. Kekinian pun dirasakan, momen menjadi ada, dan pada saat yg sama, Ketidakterbatasan - atau Kekekalan - pun dikenali.

Mungkin sesungguhnya hakikat kita - manusia - tidaklah sekecil dan se-tak-berarti itu. Mungkin memang benar adanya ketika Hegel mengatakan bahwa manusia adalah mata dan terang budi Roh Absolut - sebutan Hegel untuk Allah - untuk mempersepsi dunia - ciptaan-Nya.

Yang tidak terbatas melihat diri-Nya dan bergerak melalui yang terbatas untuk mencapai tujuan akhir-Nya. Manusia mengambil bagian secara aktif dalam proses progresif Roh Absolut mengenali, mewujudkan, menemukan, menjadi, dan melebur dengan diri-Nya sendiri.

No comments: